Kamis, 06 Agustus 2009

Contoh Kalimat Rancu: Pewaris dan Ahli Waris

Mengapa peragaan bendera lebih gamblang jika di jelaskan: flag display, upacara pembukaan opening ceremony. Kerancuan yang muncul yaitu pemkaian kata pewaris diartikan "orang yang memperoleh warisan" contohnya:

si Kevin adalah pewaris tahta kerajaan Balai Bahasa Bandung setelah jabatan raja diberikan oleh ayahnya, padahal makna yang dikandung oleh kata pewaris ialah orang yang meninggalkan warisan, sedang orang yang mendapat warisan lazimnya diebut waris atau ahli waris.

Jadi kata pewaris pada contoh di atas bukan Kevin melainkan ayahnya yang sebelumnya adalah raja dari kerajaan Balai Bahasa Bandung, tidak mungkin kita menetapkan pewaris sebagai orang yang menerima warisan, selain jika kita dapat meringankan dua keberatan yaitu dalam hukum kita masih digunakan kata waris dan ahli waris, jadi akan terjadi kesimpangsiuran dalam peristilahan hukum waris yang justru kitaingin kita hindari jika memaksakan kata tersebut.

Kedua pemakaian pewaris dengan arti yang baru akan meniadakan kemungkinan adanya pasangan pewaris dan waris yang rapi yaitu pemberi dan penerima.

Gedung dan rumah yang indah tidak kunjung tegak jika kita tidak mulai membangun dinding (tembok demi tembok), jika kita tidak memasang pintu dan jendela. rangka demi rangka, dan tidak merampungkan atap, bagian demi bagian. Demikian pula, bangunan bahasa tidak akan menjulang jika kita tidak mulai merapikan kata sehari-hari, meluruskan ungkapan bahasa yang bengkak-bengkok, swadaya bahasa kita, begitu pula terhadap media pers yang mana media internet termasuk di dalamnya .

Ayoo kita bersatu membangun mutu penggunaan Bahasa Indonesia, aku saja tidak akan ada artinya, kebersamaan kitalah yang memberikan arti.
  • Daftar Pustaka:
  1. Moeliono, Anton M. 1984. Santun Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Tidak ada komentar: